9 Okt 2012

Aku dan Dia_

Pada saat kita memutuskan untuk berhubungan jarak jauh dengan kekasih kita,, mungkin pada saat itu belum terlintas di pikiran kita bagaimana rumitnya LDR,. Bagi sebagian orang yang pernah melakukan hal tsb,, maka itu merupakan hal biasa,. Tetapi keadaan memaksa kita menjadi seperti orang baru pada hal ini saat kita dan pasagan memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi,. Yang tentunya akan melibatkan pihak lain yaitu orang tua kita,.

Saya sendiri merasakannya,, awalnya saya enjoy menjalaninya,. Saya percaya pada kekasih saya,, begitu'pun beliau,. Buat kami jarak bukanlah masalah selama komunikasi bisa terjalin dengan sangat baik,. Seperti halnya pasangan lain,, masalah selalu ada dalam suatu hubungan,. Begitu juga kami,, 3 tahun lebih menjalani LDR yang sangat saya syukuri adalah tidak adanya masalah yang disebabkan oleh pihak ketiga,.

Masalah terberat yang akhirnya saya hadapi adalah masalah domisili,. Disinilah ego dan kedewasaan saya diuji,. Saya berharap pasangan saya yang akan stay di Kep. Riau,, begitupun pemikiran pasangan saya yang mengharapkan saya stay di kotanya,. Dalam hal ini segalanya mesti dipikir jernih,, dengan segala pertimbangan siapa yang harus hijrah ke wilayah pasangannya,. Banyak hal dipertimbangkan,, seperti masalah pekerjaan,, pendidikan,,prospek ke depan,, dan segala hal yang menyangkut kepentingan bersama,. Atas pertimbangan tsb kesimpulannya lebih baik saya yang ikut pasangan ke kotanya,. Disaat saya sudah bisa menerima keadaan,, siap berpindah ke kota pasangan,, ternyata bukan berarti masalah selesai,. Ada pihak penting tapi belum dilibatkan karena saya terlalu sibuk menyusun rencana indah bersama pasangan saya di kotanya nanti,. Pihak tsb adalah orang tua saya,. Ternyata walaupun saya merasa mampu dan cukup dewasa,, agaknya belum tentu penilaian orang tua saya begitu,. Mungkin mereka masih berpikir bahwa saya adalah anaknya yang belum bisa dilepas bebas mandiri diluar sana tanpa perlindungan dari mereka,.

Disinilah kesabaran dan keikhlasan saya dan pasangan  kembali diuji,. Pasangan saya membantu memuluskan rencana kami dengan mengkomunikasikan kembali hal tsb pada orang tua saya,. Tapi jalannya tidak bisa lurus,, ada sedikit kendala hingga penundaan keberangkatan saya karena suatu hal,. Jujur pada saat itu saya merasa sangat kesal,, marah,, mau berontak,, dan pikiran buruk lainnya bercampur aduk terhadap orang tua yang telah membesarkan saya ini,. Orang tua yang terkadang lebih mengenal dan mengetahui kemampuan diri saya melebihi diri saya sendiri,. Saat saya berkeinginan membantah dan melawan orang tua saya,, saat itu juga saya merasakan kedewasaan pada diri pasangan saya yang dengan sabar mengingatkan dan memberi pengertian positif terhadap saya,. Agar saya tetap patuh terhadap orang tua,.

Pasangan yang baik adalah dia yang telah meletakkan perintah orang tua diatas segala kemauan dan rencana yang telah dia susun,. Dia yg telah meyakinkan pasangannya bahwa akan ada keajaiban dari sikap patuh terhadap orang tua,. Dia yang sabar menunggu kita disaat kita belum bisa merealisasikan segala rencana yang belum dimengerti oleh orang tua kita,.

Beruntung saya memiliki pasangan yang baik seperti ini,. Mengajarkan saya menerima pahitnya kejujuran,, dan sabar saat keadaan memaksa kami untuk berhenti sejenak menyusun rencana indah kami,. Tapi apapun itu masalahnya,, percayalah bahwa tidak ada rencana buruk orang tua dibalik perintahnya terhadap kita,. Anggaplah ini sebagai ujian kedewasaan untuk saya dan pasangan yang pastinya ada hikmah dibalik kejadian ini,, karena jika tiba saatnya maka segalanya akan indah pada waktunya,. :')

Tak berhenti saya berusaha,, berdoa,, dan meyakinkan orang tua saya atas alasan dari niat saya untuk berhijrah,. Semoga seiring berjalannya waktu masalah ini segera luruh dengan pemikiran logis orang tua saya yang tentunya akan berdampak baik pada saya,. Amin . . . =)


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.