12 Okt 2012

Ketika Perceraian (terpaksa) menjadi Pilihan_

Jaman sekarang ini melihat pasangan kekasih yang bermesraan di tempat umum bukanlah hal yang aneh,. Bergandengan tangan,, suap²an saat makan,, memeluk mesra saat menonton,, ataupun sekedar berciuman,. Belum lagi ulah mereka yang seolah pamer kemesraan dan perang kata² manis di media sosial seperti facebook,, twitter,, google+,, bbm,, dan sosmed lainnya,. Foto mesra saat berciuman,, berpelukan,, bahkan terkesan vulgar yang harusnya menjadi dokumen pribadi seolah diumbar pada publik,, tujuannya tak lain untuk menunjukkan pada dunia bahwa "inilah pasangan saya,, hanya milik saya",.

Fenomena ini biasanya melanda mereka yang sedang berpacaran,. Saat berpacaran mungkin sebagian menganggap masa terindah,, dimana mereka hanya fokus pada pasangan tsb,. Hubungan yang mungkin belum dibebani persoalan rumit seperti yang telah berkomitmen resmi,. Entah itu masalah finansial,, ataupun lainnya yang harus mereka pertanggungjawabkan,.

Awal pertunangan dan menikah,, biasanya pasangan ini mulai disibukkan pada masalah untuk membangun sebuah keluarga,. Frekuensi bermesraan seperti pacaran biasanya akan sedikit agak berkurang,. Biasanya di sosmed mereka akan memamerkan poto saat mereka pre-wed atau wedding,. Hingga akhirnya saat mereka memiliki anak,, hanya sedikit pasangan yang memakai poto mereka sekeluarga lengkap,, apa lg memamerkan poto berdua pasangan,. Kebanyakan poto yang mereka pajang adalah poto sendiri atau poto bersama anak,, ntah apa alasannya saya'pun kurang tau karna saya pribadi belum menikah,. :D

Siapa yang menyangka dibalik hal tsb kadang tersimpan sebuah masalah besar,. Pasangan yang tadinya mesra beberapa tahun ke depan tak menjamin mereka akan menjadi pasangan yang kekal,. Dunia mereka tak seindah seperti berpacaran dulu lagi,. Jangankan bermesraan,, bahkan untuk bertemu dan duduk bersama dengan kepala dingin saja bisa menjadi moment yang mahal,.masalah rumah tangga yang kadang tak bisa diredam membuat si pasangan ini terkadang mulai mencari pasangan lain yang mereka anggap lebih cocok dan nyaman,.

Hal ini tentunya akan memicu sebuah perselingkuhan,. Apapun alasannya perselingkuhan tidak bisa dibilang memiliki sisi baik,. Mungkin mereka lupa saat mereka mesra dulu,. Mungkin mereka lebih memilih memulai mencari yang baru dari pada memperbaiki hubungan yang ada,. Mereka lupa,, seburuknya pasangan lama tapi orang itulah yang udah banyak tau dan menerima sisi buruk dirinya,. Belum tentu pasangan barunya ini bisa memahami sisi buruk dirinya,.

Jauh dibalik hal tsb masi ada alasan lain untuk mereka mempertahankan rumah tangga tsb,. Hal itu tak lain adalah karna alasan anak,. Mungkin mereka tidak tau bahwa anak merupakan pihak yang paling tersakiti pada perceraian,. Saat orang tua bercerai maka hal tsb bisa menjadi trauma psikis tersendiri buat si anak,. Untuk menghindari perceraian,, menurut saya poligami atau poliandri bukanlah pilihan cerdas,. Hal ini tidak memperbaiki keadaan,, bahkan bisa memperburuk keadaan untuk ke depannya,.

Beruntunglah mereka pasangan yang bisa bangkit dan memperbaiki hubungannya untuk menyelamatkan kehidupan rumah tangga mereka,. Karna pilihan ini tak jarang memberi pelajaran dan efek jera guna mengoreksi diri masing² agar bisa menjadi lebih baik untuk pasangannya,.

Saya sendiri sebagai perempuan yang belum menikah selalu mempertimbangkan hal tsb untuk kehidupan berumah tangga nantinya,. Karna menurut saya keluarga yang bahagia adalah jika pasangan tsb tidak pernah membuka hatinya untuk orang lain,. Harapan saya ke depannya semoga kehidupan kita sebagai pasangan selalu dijauhi oleh godaan pihak ketiga,. Amin . . . :)



0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.